| UTAMA | | ENGLISH | | BERITA FOTO | | ULASAN | | DIALOG | | REDAKSI | | RISET - POLLING |

30 Mei 2008

FAO Peringatkan Lonjakan Harga Pangan

(Baghdad) - Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyatakan harga bahan pangan yang tinggi akan bertahan di saat permintaan dari negara-negara berkembang meningkat dan ongkos produksi semakin mahal.

FAO memperingatkan bahwa lonjakan harga pangan belakangan ini lebih tinggi dari kenaikan yang tercatat sebelumnya, sebagian disebabkan oleh gagal panen akibat cuaca buruk.

Meski harga yang tinggi akan sedikit menurun, berbagai faktor lain, seperti kenaikan permintaan akan bahan bakar bio atau biofuel, akan membuat harga tetap mahal.

Menurut FAO para spekulan menyebabkan pasar komoditas bergejolak.

Laporan tahunan FAO memperkirakan harga daging sapi dan daging babi kemungkinan akan naik 20% pada tahun 2017, harga gandum bisa naik 60% dan harga minyak tumbuh-tumbuhan kemungkinan naik 80%.

Harga di pasar dunia bagi gandum, maizena dan biji-bijian lainnya naik dua kali lipat antara tahun 2005 dan 2007, dan meski FAO memperkirakan harga-harga itu akan turun, penurunan itu kemungkinan akan lebih lambat dibandingkan kenaikan harga.

“Selain faktor-faktor penentu seperti cuaca, pasokan dan permintaan, serta biaya energi, para spekulan juga dituduh mendorong kenaikan harga karena membuat pasar komoditas bergunjang-ganjing,” kata FAO.

Badan PBB itu juga mengkhawatirkan hasil pertanian semakin banyak digunakan untuk memproduksi bahan bakar bio.

"Bahan bakar bio adalah sumber permintaan terbesar baru bagi sektor pertanian dan mendorong kenaikan harga," kata Merritt Cluff, salah satu penyusun laporan FAO.

"Kami sangat khawatir khususnya tentang kebijakan bahan bakar bio. Insentif yang ditawarkan pemerintah Amerika Serikat bagi produsen ethanol merusak pasar," tambahnya.

Melihat ke depan, perubahan iklim kemungkinan juga berdampak pada panen, sehingga harga semakin terangkat.

Namun yang paling menderita dari lonjakan harga pangan ini adalah warga termiskin di dunia, yang menggunakan sebagian besar pendapatan mereka untuk makanan, FAO memperingatkan.

Kenaikan harga pangan memicu aksi protes, kerusuhan dan kepanikan di beberapa negara, termasuk Indonesia. (BBC/Lala/Indonesia)

Tidak ada komentar: