(New York) - Harga minyak melonjak hampir 9 persen ke rekor US$ 139 per barel. Kenaikan ini memperpanjang reli selama dua hari senilai lebih dari US$ 16 disaat kemerosotan dolar AS dan ketegangan yang memuncak antara Israel dan Iran menarik serbuan pembeli.
Bank Investasi Morgan Stanley bahkan mengatakan minyak dapat menembus US$ 150 pada 4 Juli, salah satu perjalanan libur tersibuk, ketika permintaan yang kuat di Asia memicu kemunduran pengiriman minyak mentah ke AS.
Minyak mentah AS mantap naik US$ 10.75 pada US$ 138.54 per barel sebelum menyentuh kenaikan tertinggi US$ 139.12, perolehan dolar terbesar yang pernah tercatat, menambah kenaikan US$ 5.49 pada Kamis.
Minyak mentah jenis London Brent naik US$ 10.15 menjadi US$ 137.69, menutup rekor US$ 138.12 yang sebelumnya dicapai.
“Hal ini sangat mengejutkan dan menarik perhatian,” kata Chris Feltin, pengamat dari Tristone Capital di Calgary.
Harga minyak melesat naik 44 persen pada tahun ini, mengancam pertumbuhan ekonomi di negara konsumen besar termasuk AS, yang perekonomiannya sudah diguncang krisis perumahan.
Pengamat mengatakan reli dramatis harga minyak disebabkan kenaikan permintaan di China dan negara berkembang lain, seperti halnya pemasukan dana dari investor untuk membendung inflasi dan nilai dolar yang lemah.
Selain itu, pernyataan Menteri Transportasi Israel yang mengatakan serangan terhadap situs nuklir Iran tak dapat dihindarkan, juga memicu kenaikan harga, disamping kekhawatiran mengenai kekacauan persediaan minyak mentah negara anggota OPEC. (Reuters/Lala/Internasional)
Bank Investasi Morgan Stanley bahkan mengatakan minyak dapat menembus US$ 150 pada 4 Juli, salah satu perjalanan libur tersibuk, ketika permintaan yang kuat di Asia memicu kemunduran pengiriman minyak mentah ke AS.
Minyak mentah AS mantap naik US$ 10.75 pada US$ 138.54 per barel sebelum menyentuh kenaikan tertinggi US$ 139.12, perolehan dolar terbesar yang pernah tercatat, menambah kenaikan US$ 5.49 pada Kamis.
Minyak mentah jenis London Brent naik US$ 10.15 menjadi US$ 137.69, menutup rekor US$ 138.12 yang sebelumnya dicapai.
“Hal ini sangat mengejutkan dan menarik perhatian,” kata Chris Feltin, pengamat dari Tristone Capital di Calgary.
Harga minyak melesat naik 44 persen pada tahun ini, mengancam pertumbuhan ekonomi di negara konsumen besar termasuk AS, yang perekonomiannya sudah diguncang krisis perumahan.
Pengamat mengatakan reli dramatis harga minyak disebabkan kenaikan permintaan di China dan negara berkembang lain, seperti halnya pemasukan dana dari investor untuk membendung inflasi dan nilai dolar yang lemah.
Selain itu, pernyataan Menteri Transportasi Israel yang mengatakan serangan terhadap situs nuklir Iran tak dapat dihindarkan, juga memicu kenaikan harga, disamping kekhawatiran mengenai kekacauan persediaan minyak mentah negara anggota OPEC. (Reuters/Lala/Internasional)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar