| UTAMA | | ENGLISH | | BERITA FOTO | | ULASAN | | DIALOG | | REDAKSI | | RISET - POLLING |

11 September 2008

PM Inggris Bantah Dukung Obama

(London) – Perdana Menteri Inggris Gordon Brown membantah dia berpihak pada salah satu calon presiden AS, Barack Obama atau John McCain pada pertarungan pilpres, meskipun sebuah tulisan artikel menyiratkan dia mendukung partai Demokrat.

Brown menolak dugaan oposisi Konservatif yang disebutnya bias, setelah artikel majalah, yang diklaimnya dimunculkan Demokrat, terbit hari Selasa.

“Keputusan dalam pemilihan Amerika adalah persoalan warga Amerika sepenuhnya,” kata Brown pada konferensi pers di Downing Street dengan rekan PM Italia Silvio Berlusconi yang sedang berkunjung.

“Saya dengan seksama bertemu dengan Senator McCain dan Senator Obama, dan berbincang dengan mereka mengenai isu serupa yang melanda kedua negara kami,” ujarnya.

Meskpiun berusaha bersikap netral terhadap kedua kandidat, Brown nampak menyiratkan keberpihakannya pada Demokrat. “Dalam kampanye pilpres AS yang menggemparkan, adalah Demokrat yang membangkitkan gagasan membantu rakyat melalui saat-saat sulit,” ujar PM yang sekaligus ketua Partai Buruh.

“Untuk membantu mencegah rakyat kehilangan rumahnya, Barack Obama mengusulkan Dana Pencegahan Penyitaan guna meningkatkan konseling pra-penyitaan darurat, dan membantu keluarga menghadapi kepemilikan ulang,” tambahnya.

Adapun, jurubicara Oposisi Konservatif urusan luar negeri, William Hague mengutarakan Brown harus menjelaskan perihal dia terlihat mendukung Demokrat, dan menerangkan apakah hal ini tujuan yang disengaja atau kekeliruan semata.

BBC melaporkan tim kampanye Republik McCain menghubungi kedubes Inggris di Washington mengenai artikel tersebut. Sementara jurubicara Republik di Inggris tidak dapai dimintai keterangannya.

Brown, yang ditekan akibat isu tersebut, tidak menjawab pertanyaan mengapa namanya muncul di artikel. Persoalan ini dapat mencuat kembali, Kamis, saat konferensi pers menjelang konferensi tahunan Partai Buruh.

Harian Daily Telegraph, yang secara editorial menyokong Konservatif, mengutip sumber di Partai Buruh yang mengatakan artikel ditulis oleh karyawan junior, sebelum disetujui.

Jika secara kaidah dan akal sehat politik, PM Inggris tidak terbukti terlibat dalam pertarungan pemilihan luar negeri, maka komentarnya tidak mengherankan.

Setelah kemenangan Bill Clinton dalam pilpres AS 1992, anggota kampanyenya mengeluhkan pemerintahan Konservatif mantan PM John Major yang dinilai terlalu dekat dengan tawaran pemilihan ulang George Bush Senior.

Pada tahun 2000, Tony Blair dan partai Buruh Baru-nya dituding terlalu dekat dengan kampanye pemilihan Al Gore, yang akhirnya dikalahkan George W Bush, sekalipun hanya setelah pertikaian hukum yang diperpanjang. (AFP/Lala/Internasional)

Tidak ada komentar: