(Kathmandu) – Pengunjuk rasa yang merayakan penghapusan monarki selama berabad-abad di Nepal bentrok dengan polisi dekat istana kerajaan di Kathmandu.
Para demonstran meneriakkan slogan anti kerajaan, melempar batu ke polisi dan mencoba menyerang istana.
Sedikitnya 25 orang terluka ketika polisi memukul kerumunan dengan tongkat.
Majelis konstituante baru Nepal memberikan suara untuk mengakhiri monarki sementara Raja Gyanendra diberikan waktu 15 hari untuk mengosongkan kerajaan.
Bentrokan pecah ketika ratusan pengunjuk rasa berkumpul untuk memperbaiki bendera Nepal ke patung mantan raja. Kerumunan yang berseru “hidup Nepal!” dicegah mendekati gerbang istana.
“Sampai Gyanendra mengumumkan dirinya keluar dari istana dan menerima mandat rakyat, maka warga akan terus bergerak,” kata seorang warga Nepal seperti dikutip Reuters.
Penghapusan monarki merupakan tuntutan utama mantan pemberontak Maoist yang muncul dari pemilihan bulan April menuju ke Majelis sebagai partai terbesar. (BBC/Lala/Internasional)
Para demonstran meneriakkan slogan anti kerajaan, melempar batu ke polisi dan mencoba menyerang istana.
Sedikitnya 25 orang terluka ketika polisi memukul kerumunan dengan tongkat.
Majelis konstituante baru Nepal memberikan suara untuk mengakhiri monarki sementara Raja Gyanendra diberikan waktu 15 hari untuk mengosongkan kerajaan.
Bentrokan pecah ketika ratusan pengunjuk rasa berkumpul untuk memperbaiki bendera Nepal ke patung mantan raja. Kerumunan yang berseru “hidup Nepal!” dicegah mendekati gerbang istana.
“Sampai Gyanendra mengumumkan dirinya keluar dari istana dan menerima mandat rakyat, maka warga akan terus bergerak,” kata seorang warga Nepal seperti dikutip Reuters.
Penghapusan monarki merupakan tuntutan utama mantan pemberontak Maoist yang muncul dari pemilihan bulan April menuju ke Majelis sebagai partai terbesar. (BBC/Lala/Internasional)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar