| UTAMA | | ENGLISH | | BERITA FOTO | | ULASAN | | DIALOG | | REDAKSI | | RISET - POLLING |

31 Juli 2008

Artis Masuk Parpol, Bukti Gagalnya Kaderisasi Parpol

(Jakarta) - Banyaknya artis yang masuk ke dalam parpol menunjukan kegagalan parpol dalam melakukan pengkaderan. Hal ini disampaikan Direktur Lembaga Survei Indonesia (LSI) Saiful Muzani disela-sela seminar bertemakan 'Refleksi Perjalanan Bangsa dan Konsolidasi Demokrasi dalam menyongsong pemilu 2009', di hotel Sahid, Jakarta, Kamis (31/7).

“Menurut saya itu perilaku parpol yang buruk. Itukan cara instan dan menunjukan kegagalan parpol dalam melakukan kaderisasi karena tidak membangun dari bawah kader-kader partai,” kata Saiful.

Namun Saiful mengakui kehadiran artis tersebut juga berkontribusi bagi parpol. “Artis yang saya kira bukan wilayah dia untuk jadi wakil rakyat tapi dipaksakan dengan memanipulasi populeritas mereka. Masyarakat Indonesia umumnya kurang berpendidikan, tentu saja akan memilih yang mereka tahu,” tandasnya.

Sementara itu, anggota Fraksi Golkar Ferry Mursyidan Baldan tidak mempermasalahkan masuknya artis-artis ke parpol.

“Ya tidak apa-apa, menurut saya menarik kok. Kita melihat bahwa dunia politik tidak harus membatasi si A si B, siapapun berhak saya kira kalau semua orang diberi kesempatan dan mau belajar dia akan mampu,” tutur anggota komisi II DPR ini.

Di golkar sendiri, lanjut Ferry, sudah ada beberapa artis yang masuk ke partai berlambang pohon beringin itu. “Ada Nurul Arifin, banyaklah ada beberapa orang lagi,” jelasnya.

Saat ditanya adanya kecemburuan dari kader lama terhadap artis yang bisa jadi caleg secara instan. “Itu tidak ada. Saya kira kebijakan itu ada alasan-alasan khususnya. Ketika tidak disampaikan alasannya, itu mungkin. Tapi ternyatakan disampaikan kenapa alasannya,” papar Ferry.

Alasannya, imbuh Ferry, sebab artis adalah publik figure. “Mau tidak mau itukan figur yang popular. Selama mau belajarkan bagus, semua orang harus dikasih kesempatan untuk belajar,” ungkap pria berkacamata ini. (Nurseffi)

Tidak ada komentar: