(Mauritania) - Perdana Menteri yang dipecat Mauritania telah bebas dari tahanan selama lima hari setelah ia sandera dalam suatu perebutan kekuasaan militer.
Yahya Ould Ahmed Waqef mengatakan hanya beberapa jam kemudian bahwa negaranya tidak akan menerima perebutan kekuasaan.
Waqef ditangkap bersama dengan Sidi Ould Cheikh Abdallahi, presiden negara tersebut, dan beberapa pejabat pemerintah senior ketika pasukan mengepung istana kepresidenan di ibukota, Nouackchott, minggu lalu.
Berbicara berjan-jam kepada ratusan pendukung setelah dibebaskan, Waqef mengatakan bahwa presiden sebelumnya dalam keadaan sehat dan menghimbau kepada warganya untuk melanjutkan pertempuran untuk memperbaiki pemilihan umum di pemerintahan secara demokratis.
“Presiden berterima kasih untuk pertempuran yang tak kenal lelah ini, kekuatan kalian dalam bertempur untuk memperbaiki kondisi konstitusional”.
Pembebasan Waqef dilakukan setelah pertemuan dihari Minggu (10/8), ketika para diplomat dari AS, Perancis, Jerman dan Spanyol bertemu Jendral Mohamed Ould Abdel Aziz, pemimpin dari pihak yang merebut kekuasaan, untuk meminta pembebasan para politisi yang ditangkap.
Pihak militer juga membebaskan menteri dalam negeri dan dua pejabat lainnya dihari Senin sore tapi menolak untuk membebaskan Abdallahi dan mengatakan bahwa tidak ada dalam rencana untuk membebasan dia segera.
Aziz meluncurkan perebutan kekuasaan minggu lalu satu jam setelah Abdallahi memecat empat Jenderal terkemuka di negara itu, termasuk dia sendiri, mengikuti terus meningkat buruknya hubungan antara presiden dan pihak militer.
Abdallahi yang tahun lalu memenangkan pemilihan presiden pertama di Mauritania dalam kurun waktu 20 tahun, telah menentang rencana program kemiliteran berikutnya untuk menyelenggarakan pemilihan atas dasar bahwa presiden telah digagalkan untuk memerintah negeri.. (Aljazeera/Nunyunda)
Yahya Ould Ahmed Waqef mengatakan hanya beberapa jam kemudian bahwa negaranya tidak akan menerima perebutan kekuasaan.
Waqef ditangkap bersama dengan Sidi Ould Cheikh Abdallahi, presiden negara tersebut, dan beberapa pejabat pemerintah senior ketika pasukan mengepung istana kepresidenan di ibukota, Nouackchott, minggu lalu.
Berbicara berjan-jam kepada ratusan pendukung setelah dibebaskan, Waqef mengatakan bahwa presiden sebelumnya dalam keadaan sehat dan menghimbau kepada warganya untuk melanjutkan pertempuran untuk memperbaiki pemilihan umum di pemerintahan secara demokratis.
“Presiden berterima kasih untuk pertempuran yang tak kenal lelah ini, kekuatan kalian dalam bertempur untuk memperbaiki kondisi konstitusional”.
Pembebasan Waqef dilakukan setelah pertemuan dihari Minggu (10/8), ketika para diplomat dari AS, Perancis, Jerman dan Spanyol bertemu Jendral Mohamed Ould Abdel Aziz, pemimpin dari pihak yang merebut kekuasaan, untuk meminta pembebasan para politisi yang ditangkap.
Pihak militer juga membebaskan menteri dalam negeri dan dua pejabat lainnya dihari Senin sore tapi menolak untuk membebaskan Abdallahi dan mengatakan bahwa tidak ada dalam rencana untuk membebasan dia segera.
Aziz meluncurkan perebutan kekuasaan minggu lalu satu jam setelah Abdallahi memecat empat Jenderal terkemuka di negara itu, termasuk dia sendiri, mengikuti terus meningkat buruknya hubungan antara presiden dan pihak militer.
Abdallahi yang tahun lalu memenangkan pemilihan presiden pertama di Mauritania dalam kurun waktu 20 tahun, telah menentang rencana program kemiliteran berikutnya untuk menyelenggarakan pemilihan atas dasar bahwa presiden telah digagalkan untuk memerintah negeri.. (Aljazeera/Nunyunda)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar