(Jakarta) – Sebelum menggunakan figur pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Asy'ari dalam iklan yang diluncurkannya, Partai Keadilan Sehjahtera (PKS) seharusnya meminta ijin terlebih dahulu kepada Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PB NU)dan pendukung NU.
“Hasyim Asy'ari memang merupakan tokoh nasional. Namun yang kurang etik adalah PKS mengiklankan tanpa ijin kepada NU dan PBNU. Kalau dia (PKS) minta ijin tidak masalah,” ujar politisi Partai Kebangkitan Bangsa, Ali Masykur Musa kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (31/10).
Jika PKS tidak meminta ijin kepada NU, lanjut Ali, dikhawatirkan ada ketersinggungan secara kultur karena Asy’ari adalah pendiri NU dan dalam konteks ini pemilih dan pendukung NU memiliki loyalitas yang tinggi. “Problemnnya hanya masalah etika saja. Sebaiknya PKS dating ke PBNU dan meminta maaf dan minta ijin iklan tersebut bisa dilanjutkan atau tidak?” ungkap Ali.
Seperti diketahui, iklan PKS yang menimbulkan protes lantaran dalam iklan tersebut menampilkan sejumlah tokoh yakni KH Hasyim Asy'ari, Soekarno, KH Ahmad Dahlan, dan tokoh-tokoh pahlawan lainnya sebagai ikon. Atas tindakan ini, PKS dianggap mencuri ikon atau tokoh salah satu kelompok. (Taupik/Nurseffi)
“Hasyim Asy'ari memang merupakan tokoh nasional. Namun yang kurang etik adalah PKS mengiklankan tanpa ijin kepada NU dan PBNU. Kalau dia (PKS) minta ijin tidak masalah,” ujar politisi Partai Kebangkitan Bangsa, Ali Masykur Musa kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (31/10).
Jika PKS tidak meminta ijin kepada NU, lanjut Ali, dikhawatirkan ada ketersinggungan secara kultur karena Asy’ari adalah pendiri NU dan dalam konteks ini pemilih dan pendukung NU memiliki loyalitas yang tinggi. “Problemnnya hanya masalah etika saja. Sebaiknya PKS dating ke PBNU dan meminta maaf dan minta ijin iklan tersebut bisa dilanjutkan atau tidak?” ungkap Ali.
Seperti diketahui, iklan PKS yang menimbulkan protes lantaran dalam iklan tersebut menampilkan sejumlah tokoh yakni KH Hasyim Asy'ari, Soekarno, KH Ahmad Dahlan, dan tokoh-tokoh pahlawan lainnya sebagai ikon. Atas tindakan ini, PKS dianggap mencuri ikon atau tokoh salah satu kelompok. (Taupik/Nurseffi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar