| UTAMA | | ENGLISH | | BERITA FOTO | | ULASAN | | DIALOG | | REDAKSI | | RISET - POLLING |

27 April 2008

Taman Nasional Karimunjawa, Keindahan yang Menghampirimu

Sebuah masker telah melekat di muka, snorkel pun telah siap bertugas, satu ujung tercengkeram kuat di mulut, ujung yang lain bertugas menangkap udara di atas permukaan air. Begitu keluar kamar, byurrr....

Tak perlu berlayar dan berjalan jauh untuk ber-snorkeling ria di Wisma Apung di Taman Nasional Karimunjawa. Penginapan bernama Wisma Apung ini memang unik, letaknya dari kejauhan seperti berada di tengah laut lepas, padahal fondasinya tertancap kuat di dasar laut yang dangkal, mungkin hanya sekitar 1 meter kedalamannya, yang menjadi bagian dari pantai Pulau Menjangan Besar.

Keindahan alam itu seolah menghampiri. Tak perlu mencari cara untuk menemukannya, pemandangan nan eksotik baik di atas permukaan air laut ataupun di dasar laut bisa dengan mudah ditemui.

Taman Nasional Karimunjawa adalah sebuah sorga bagi para penggemar diving dan snorkeling, ia juga adalah sebuah tempat idola bagi para nature trekker alias para penggemar menjelajah dan membelah hutan dengan berjalan kaki.

Menuju Taman Nasional Karimunjawa cukup mudah. Cara mencapai lokasi bisa dari Semarang menuju Jepara menggunakan bus dengan perjalanan sekitar 1,5 jam. Tiba di Pelabuhan Kartini, Jepara, pengunjung bisa naik feri.

Untuk angkutan yang satu ini sedikit unik, kalau tidak bisa dibilang membingungkan. Feri yang tersedia menuju TN Karimunjawa hanya ada satu kali dalam seminggu, itu pun bukan di hari libur atau di akhir pekan. Feri itu hanya beroperasi di hari Senin.

Jika wisatawan tidak bisa mencocokkan dengan jadwal angkutan feri yang tersedia, bisa juga menggunakan Kapal ASDP KM Muria. Kapal ini sangat bisa diharapkan, walau beroperasinya juga seminggu hanya beberapa kali, tapi kapal ini beroperasi di hari Sabtu dan penumpangnya kebanyakan adalah para turis lokal maupun asing yang memang ingin ke TN Karimunjawa.

Frase “sangat bisa diharapkan” ini harus diperhatikan benar. Bisa saja wisatawan terkecoh. Seharusnya hari itu memang ASDP KM Muria beroperasi, tapi ternyata tidak, kapal itu harus masuk dok untuk perawatan. Nah kalau sudah begitu, wisatawan harus mengharapkan alternatif terakhir, yaitu naik kapal motor, carter dari nelayan. Semua alternatif itu tetap saja memakan waktu sekitar 6 jam mengarungi laut lepas. Yang membedakan tentu sisi petualangannya.

Jika Anda memilih bepergian di bulan Oktober-Februari, ombak akan lebih besar. Tak apa, minum saja obat antimabok laut, dan rebahanlah dengan damai di bagian tengah dari badan kapal motor.

Sebetulnya ada cara yang cukup cepat. Dari Bandara Achmad Yani, Semarang, pengunjung bisa naik pesawat menuju Pulau Kemujan dan mendarat di Bandar Dewodaru, sekali dalam seminggu. Sayangnya, untuk sementara, jalur penerbangan tersebut tidak diaktifkan.

TN Karimunjawa terdiri dari gugusan 27 pulau yang memiliki tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah, padang lamun, algae, hutan pantai, hutan mangrove, dan terumbu karang.

Di setiap gugus, pengunjung akan menemukan terumbu karang yang sangat indah. Jenis terumbu karang antara lain terumbu karang pantai/tepi (fringing reef), terumbu karang penghalang (barrier reef), dan beberapa taka (patch reef).

Selain mengamati terumbu karang, wisatawan juga bisa menemukan berbagai satwa darat di beberapa pulau yang memiliki hutan lebat. Satwa darat yang umum dijumpai antara lain rusa (Cervus timorensis subspec), kera ekor panjang (Macaca fascicularis karimondjawae); 40 jenis burung seperti pergam hijau (Ducula aenea), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), trocokan/merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), betet (Psittacula alexandri), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan ular edhor. Burung elang laut perut putih merupakan satwa yang terancam punah di dunia.

Di sekitar Pulau Kemujan terdapat bangkai kapal Panama, Indono, yang tenggelam pada tahun 1955. Saat ini, kapal itu menjadi habitat ikan karang dan cocok untuk lokasi penyelaman (wreck diving).

Dari gugusan pulau-pulau yang berjumlah 27 buah, lima buah pulau telah berpenghuni, yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk, dan Pulau Genting. Pusat administrasi pemerintahan ada di Pulau Karimunjawa. TN Karimunjawa masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Jepara.

Ada beberapa alternatif untuk menginap. Pengunjung bisa menginap di Kura-kura Resort. Peristirahatan ini bisa Anda cari dengan mudah di Internet untuk pengumpulan informasi.

Jika ingin murah meriah, pengunjung bisa menyewa homestay yang tersedia di Pulau Karimunjawa. Beberapa hotel kelas menengah juga tersedia di pulau itu.

Namun, ada satu tempat yang saat ini boleh jadi sedang menjadi primadona pengunjung, yaitu Wisma Apung. Wisma ini dikelola oleh Ismarjoko Budi Santoso atau dikenal dengan Pak Joko. Letaknya di antara Pulau Karimunjawa dan Menjangan besar.

Letak yang seperti berada di laut lepas ini benar-benar menjanjikan suasana yang jauh lebih alami, seperti yang telah dikemukakan di awal tulisan. Jika Anda membuka kamar, hamparan laut berwarna biru muda dan tua telah menghampiri mata.

Lantai wisma terdiri dari papan-papan yang tanpa disengaja menyediakan celah-celah untuk melihat ke bawah. Di bawah papan itu adalah dasar laut dangkal, dan jika Anda mujur, akan terlihat berbagai ikan berenang-renang dengan tenang.
Wisma Apung memiliki 14 kamar yang –terutama-- setiap Sabtu dan Minggu selalu penuh. Turis-turis asing dari Australia, Itali, Prancis, Jerman, dan Belanda tercatat pernah menginap di sini.

Biaya menginap untuk dua malam sekitar Rp 260.000 per orang dengan minimal 6 orang dalam satu grup kunjungan. Biaya ini termasuk tiket kapal cepat pulang pergi dan kapal wisata yang mengantar pengunjung ke berbagai pulau.dan satu paket dengan kapal feri.Biaya ini juga termasuk makan siang, makan malam, dan sarapan pagi.

Harga paling minimal adalah Rp 80.000 per malam untuk dua orang, termasuk makan pagi.

Makanan andalan di Wisma Apung –seperti lokasi wisata pantai lainnnya—berupa ikan dengan menu khusus ikan pindang asem, ikan bakar semar mendem. Di musim tertentu, lobster dengan berat sekitar 1-1,5 ons bisa dinimkmati hanya dengan Rp 30.000 pengunjung per porsi.

Pak Joko, pemilik sekaligus pengelola Wisma Apung ternyata sangat memahami arti kebersihan lingkungan. “Kami banyak masak di darat untuk menghidari api dan tumpahan minyak di laut. Kalau lingkungan rusak apa yang mau kami jual. Kalau sudah tidak indah tidak ada yang mau datang” katanya.

Ah, keindahan itu menghampiri sebelum Anda datang melongoknya....

(sumber: jobpalar.multiply.com./pariwisata)

Tidak ada komentar: