(Jakarta) – Bank Indonesia (BI) tetap akan konsisten menggunakan kebijakan menjual dolar dibandingkan dengan mekanisme menyerap Suku Bunga BI guna menstabilkan nilai tukar rupiah. Kata Hartadi Sarwono usai menjalani fit and proper test di Komisi XI DPR, Jakarta, hari ini (13/5).
Menurut Hartadi sepanjang 2008, BI sudah mengeluarkan cadangan devisa sebesar US$ 7 miliar untuk menstabilisasi nilai rupiah. “Kita pilih instrumen jual dolar karena bisa sekalian stabilisasi rupiah. Sekarang permintaan valas masih cukup besar seperti dari Pertamina, PLN, dan BUMN lain. Jadi kita masuk pasar untuk menjaga stabilisasi rupiah,” jelas calon incumbent Deputi Gubernur BI Kebijakan Moneter dan Hubungan Internasional.
Hartadi tidak khawatir, dolar yang dikeluarkan untuk stabilisasi rupiah akan mengganggu cadangan devisa negara di BI. “Cadangan devisa masih cukup besar karena harga migas akhir-akhir ini cukup tinggi. Cadangan devisa saat ini masih berkisar antara US$ 58 sampai 59 miliar,” urainya.
Kebijakan dengan menjual dolar, tegas Hartadi, akan terus dilakukan selama cadangan devisa mencukupi. “Kita akan teruskan kebijakan ini, sekalian ini yang disebut recycling cadangan devisa,” kata Hartadi.
Dari kegiatan recycling ini, tambahnya, kita akan mendapatkan cadangan devisa dari migas, sementara pasar kekeringan karena permintaannya tinggi. “Itu yang kita jual ke pasar, kan bisa menyerap rupiah sambil menstabilkan nilai tukar,” yakinnya.
Sementara itu, dalam perebutan kursi sebagai Deputi Gubernur BI Kebijakan Moneter dan Hubungan Internasional, Ekskutif Director South East Asia Voting Group IMF Perry Warjiyo yang menjadi pesaingnya. (Adi/Mimie/Keuangan)
Menurut Hartadi sepanjang 2008, BI sudah mengeluarkan cadangan devisa sebesar US$ 7 miliar untuk menstabilisasi nilai rupiah. “Kita pilih instrumen jual dolar karena bisa sekalian stabilisasi rupiah. Sekarang permintaan valas masih cukup besar seperti dari Pertamina, PLN, dan BUMN lain. Jadi kita masuk pasar untuk menjaga stabilisasi rupiah,” jelas calon incumbent Deputi Gubernur BI Kebijakan Moneter dan Hubungan Internasional.
Hartadi tidak khawatir, dolar yang dikeluarkan untuk stabilisasi rupiah akan mengganggu cadangan devisa negara di BI. “Cadangan devisa masih cukup besar karena harga migas akhir-akhir ini cukup tinggi. Cadangan devisa saat ini masih berkisar antara US$ 58 sampai 59 miliar,” urainya.
Kebijakan dengan menjual dolar, tegas Hartadi, akan terus dilakukan selama cadangan devisa mencukupi. “Kita akan teruskan kebijakan ini, sekalian ini yang disebut recycling cadangan devisa,” kata Hartadi.
Dari kegiatan recycling ini, tambahnya, kita akan mendapatkan cadangan devisa dari migas, sementara pasar kekeringan karena permintaannya tinggi. “Itu yang kita jual ke pasar, kan bisa menyerap rupiah sambil menstabilkan nilai tukar,” yakinnya.
Sementara itu, dalam perebutan kursi sebagai Deputi Gubernur BI Kebijakan Moneter dan Hubungan Internasional, Ekskutif Director South East Asia Voting Group IMF Perry Warjiyo yang menjadi pesaingnya. (Adi/Mimie/Keuangan)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar