(Chengdu, Cina) - Operasi SAR besar-besaran berlanjut di Cina barat daya, sementara jumlah korban gempa dahsyat di sana bertambah menjadi sedikitnya 12.000 orang.
Pasukan telah tiba di Kabupaten Wenchuan yang menjadi pusat gempa, yang sebagian besar wilayahnya masih terisolasi akibat gempat, namun hujan lebat menghambat operasi pertolongan.
Di tempat lain di Provinsi Sichuan, upaya tak mengenal lelah digerakkan untuk menjangkau ribuan orang yang terkurung di puing-puing.
Jumlah korban meninggal kini hampir 12.000, kata seorang pejabat, dan angka itu tampaknya masih akan bertambah. Tetapi, beberapa laporan mengatakan, sebanyak 100.000 orang masih hilang.
Perdana Menteri Wen Jiabao menyeru para penolong agar bekerja sekuat tenaga. Namun, upaya pertolongan terhambat oleh hujan lebat dan jalan-jalan yang rusak parah.
"Keselamatan jiwa warga dan keamanan harta benda mereka menjadi prioritas utama mereka dan banyak orang masih terjebak dalam puing-puing. Kita memanfaatkan setiap detik dan berbuat semampu kita untuk menolong mereka yang selamat," kata Wen di markas pertolongan bencana di ibukota Provinsi Sichuan, Chengdu, Cina barat daya.
Kementerian kesehatan mengeluarkan seruan agar warga menyumbangkan darah untuk menolong korban cedera. Sementara itu, seorang staff ahli Dirut Pertamina Gas, Hasan Murtado yang tengah dinas di Chengdu saat gempa terjadi mengatakan keadaan sangat mengerikan.
"Belum pernah saya merasakan gempa yang begitu dasyat, dan mengerikan. Kaca-kaca pecah dan semua orang sangat panik," kata Hasan kepada BBC melalui telpon dari Chengdu.
Hasan mengatakan ia tidur di mobil yang diparkir di jalan bebas hambatan. "Masyarakat pada umumnya tidur di luar rumah," tambah Hasan lagi karena mereka kawatir akan terjadi lagi gempa susulan.
Gempa bumi, yang kekuatannya kini dikoreksi menjadi 7,9 pada skala Richter, terjadi Senin pukul 14.28 waktu setempat. Getaran gempa terasa hingga ibukota Cina, Beijing dan ibukota Thailand, Bangkok. Cina mengerahkan 50.000 tentara untuk mendukung upaya pertolongan. Gempat bumi ini tercatat sebagai gempa paling dahsyat yang menimpa Cina dalam masa 30 tahun ini. (BBC/Nurseffi/Internasional)
Pasukan telah tiba di Kabupaten Wenchuan yang menjadi pusat gempa, yang sebagian besar wilayahnya masih terisolasi akibat gempat, namun hujan lebat menghambat operasi pertolongan.
Di tempat lain di Provinsi Sichuan, upaya tak mengenal lelah digerakkan untuk menjangkau ribuan orang yang terkurung di puing-puing.
Jumlah korban meninggal kini hampir 12.000, kata seorang pejabat, dan angka itu tampaknya masih akan bertambah. Tetapi, beberapa laporan mengatakan, sebanyak 100.000 orang masih hilang.
Perdana Menteri Wen Jiabao menyeru para penolong agar bekerja sekuat tenaga. Namun, upaya pertolongan terhambat oleh hujan lebat dan jalan-jalan yang rusak parah.
"Keselamatan jiwa warga dan keamanan harta benda mereka menjadi prioritas utama mereka dan banyak orang masih terjebak dalam puing-puing. Kita memanfaatkan setiap detik dan berbuat semampu kita untuk menolong mereka yang selamat," kata Wen di markas pertolongan bencana di ibukota Provinsi Sichuan, Chengdu, Cina barat daya.
Kementerian kesehatan mengeluarkan seruan agar warga menyumbangkan darah untuk menolong korban cedera. Sementara itu, seorang staff ahli Dirut Pertamina Gas, Hasan Murtado yang tengah dinas di Chengdu saat gempa terjadi mengatakan keadaan sangat mengerikan.
"Belum pernah saya merasakan gempa yang begitu dasyat, dan mengerikan. Kaca-kaca pecah dan semua orang sangat panik," kata Hasan kepada BBC melalui telpon dari Chengdu.
Hasan mengatakan ia tidur di mobil yang diparkir di jalan bebas hambatan. "Masyarakat pada umumnya tidur di luar rumah," tambah Hasan lagi karena mereka kawatir akan terjadi lagi gempa susulan.
Gempa bumi, yang kekuatannya kini dikoreksi menjadi 7,9 pada skala Richter, terjadi Senin pukul 14.28 waktu setempat. Getaran gempa terasa hingga ibukota Cina, Beijing dan ibukota Thailand, Bangkok. Cina mengerahkan 50.000 tentara untuk mendukung upaya pertolongan. Gempat bumi ini tercatat sebagai gempa paling dahsyat yang menimpa Cina dalam masa 30 tahun ini. (BBC/Nurseffi/Internasional)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar