(Jakarta) – Meski pemerintah telah menyediakan bahan baku bio energi untuk segera dipasarkan, namun hingga saat ini belum ada kepastian kapan bisa diterima pasar.
“Tugas Deptan menyediakan bahan baku, persoalan yang muncul sekarang nampaknya, persoalan di pasarnya, karena kebijakan pembeliannya belum ada kejelasan,” ujar Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Teknologi Pertanian Iskandar Andi Nuhung usai menghadiri Seminar Solidaritas Kebangkitan Ekonomi Kawasan Timur Indonesia (TATA-KTI) di Wisma Metropolitan, Jalan Sudirman, Jakarta, Sabtu (29/6).
Iskandar mengatakan, Tim Nasional Bahan Bakar Nabati (BBN) sendiri telah mengatur tentang pemasaran biofuel tersebut, namun memang kesulitan utamanya adalah penerimaan pasar. “Pak Hilal Hamdi (Ketua Tim Nasional Pengembangan BBN) sudah mengeluarkan beberapa aturan, bahkan sudah dibukukuan tentang BBN itu, yang diharapkan sekarang bagaimana aplikasinya di lapangan,” terang Iskandar.
Banyak petani, lanjut Iskandar, juga menanam jarak di daerahnya, hanya saja tetap belum ada peminatnya. “Sekarang banyak masyarakat di daerah sudah tanam jarak tapi tidak ada yang beli, tidak ada pasarnya,” imbuh Iskandar.
Mengenai anggaran, Iskandar menuturkan telah menyiapkan perencanaannya. “Sesuai dengan inpresnya, 5 persen dari bio energi tersebut kita sudah punya perencanaan sampai ke situ untuk penyediaan bahan baku. Jadi harus berkoordinasi dengan pasar,” jelas Iskandar. (Mimie/Dhita)
“Tugas Deptan menyediakan bahan baku, persoalan yang muncul sekarang nampaknya, persoalan di pasarnya, karena kebijakan pembeliannya belum ada kejelasan,” ujar Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Teknologi Pertanian Iskandar Andi Nuhung usai menghadiri Seminar Solidaritas Kebangkitan Ekonomi Kawasan Timur Indonesia (TATA-KTI) di Wisma Metropolitan, Jalan Sudirman, Jakarta, Sabtu (29/6).
Iskandar mengatakan, Tim Nasional Bahan Bakar Nabati (BBN) sendiri telah mengatur tentang pemasaran biofuel tersebut, namun memang kesulitan utamanya adalah penerimaan pasar. “Pak Hilal Hamdi (Ketua Tim Nasional Pengembangan BBN) sudah mengeluarkan beberapa aturan, bahkan sudah dibukukuan tentang BBN itu, yang diharapkan sekarang bagaimana aplikasinya di lapangan,” terang Iskandar.
Banyak petani, lanjut Iskandar, juga menanam jarak di daerahnya, hanya saja tetap belum ada peminatnya. “Sekarang banyak masyarakat di daerah sudah tanam jarak tapi tidak ada yang beli, tidak ada pasarnya,” imbuh Iskandar.
Mengenai anggaran, Iskandar menuturkan telah menyiapkan perencanaannya. “Sesuai dengan inpresnya, 5 persen dari bio energi tersebut kita sudah punya perencanaan sampai ke situ untuk penyediaan bahan baku. Jadi harus berkoordinasi dengan pasar,” jelas Iskandar. (Mimie/Dhita)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar