(Moskow) - Sekretaris Jendral Nato, Jaap de Hoop Scheffer, telah menuntut Rusia menarik pasukan yang dikirim ke provinsi abkhazia, pecahan georgia, yang bersengketa, minggu kemarin.
De Hoop Scheffer menuduh Rusia melanggar kedaulatan Georgia dengan mengirimkan tentara di jalur rel kereta api. Katanya, pergerakan Rusia “mendukung ketidakstabilan terhadap wilayah yang telah bergejolak.”
Pada perang diawal tahun 1990, Abkhazia terpecah dari Georgia setelah Uni Soviet jatuh pada tahun 1991.
Rusia mengumumkan, Sabtu, telah mengirim 300 unit anggota tidak bersenjata dari pertahanan angkatan darat di jalur kereta api ke provinsi untuk perbaikan jaringan, yang menandakan pergerakan usaha kemanusiaan.
Georgia menjawab bahwa Rusia sudah merencanakan intervensi militer di provinsi.
“Pasukan harus segera ditarik, baik Rusia dan Georgia harus bertindak dengan cepat dalam level tingkat tinggi dan membuka dialog meredakan ketegangan” ujar Scheffer.
Georgia yang berharap untuk bergabung dengan Nato, telah menuduh Rusia menyokong separatis di wilayah tersebut dengan pasukan perdamaian.
Pada Bulan April ketegangan meninggi sejak Moskow mengumumkan telah membentuk ikatan formal dengan separatis. Ketegangan tersebut bertambah dengan adanya laporan PBB yang mengatakan Rusia menembak jatuh seorang warga Georgia.
Namun para pejabat Rusia menegaskan pesawat ditembak jatuh diatas Abkhazia oleh para pemberontak Abkhaz.
Rusia telah menempatkan pasukan perdamaian di provinsi tersebut dan Ossetia selatan dibawah kesepakatan yang dibuat menyusul perang tahun 1990, ketika terpecah dari Georgia dan berhubungan dengan Moskow.
Terdapat sekitar 2,000 orang Rusia yang ditempatkan di Abkhazia, dan sekitar 1,000 di Ossetia selatan.
Beberapa orang Abkhazia percaya bahwa pengumuman kemerdekaan Kosovo dari Serbia pada bulan Februari menimbulkan preseden negara itu dikenal sebagai negara individual.
Meskipun provinsi tersebut mempunyai bendera dan perangko sendiri, namun belum dikenal secara internasional. (BBC/Nunyunda/Internasional)
De Hoop Scheffer menuduh Rusia melanggar kedaulatan Georgia dengan mengirimkan tentara di jalur rel kereta api. Katanya, pergerakan Rusia “mendukung ketidakstabilan terhadap wilayah yang telah bergejolak.”
Pada perang diawal tahun 1990, Abkhazia terpecah dari Georgia setelah Uni Soviet jatuh pada tahun 1991.
Rusia mengumumkan, Sabtu, telah mengirim 300 unit anggota tidak bersenjata dari pertahanan angkatan darat di jalur kereta api ke provinsi untuk perbaikan jaringan, yang menandakan pergerakan usaha kemanusiaan.
Georgia menjawab bahwa Rusia sudah merencanakan intervensi militer di provinsi.
“Pasukan harus segera ditarik, baik Rusia dan Georgia harus bertindak dengan cepat dalam level tingkat tinggi dan membuka dialog meredakan ketegangan” ujar Scheffer.
Georgia yang berharap untuk bergabung dengan Nato, telah menuduh Rusia menyokong separatis di wilayah tersebut dengan pasukan perdamaian.
Pada Bulan April ketegangan meninggi sejak Moskow mengumumkan telah membentuk ikatan formal dengan separatis. Ketegangan tersebut bertambah dengan adanya laporan PBB yang mengatakan Rusia menembak jatuh seorang warga Georgia.
Namun para pejabat Rusia menegaskan pesawat ditembak jatuh diatas Abkhazia oleh para pemberontak Abkhaz.
Rusia telah menempatkan pasukan perdamaian di provinsi tersebut dan Ossetia selatan dibawah kesepakatan yang dibuat menyusul perang tahun 1990, ketika terpecah dari Georgia dan berhubungan dengan Moskow.
Terdapat sekitar 2,000 orang Rusia yang ditempatkan di Abkhazia, dan sekitar 1,000 di Ossetia selatan.
Beberapa orang Abkhazia percaya bahwa pengumuman kemerdekaan Kosovo dari Serbia pada bulan Februari menimbulkan preseden negara itu dikenal sebagai negara individual.
Meskipun provinsi tersebut mempunyai bendera dan perangko sendiri, namun belum dikenal secara internasional. (BBC/Nunyunda/Internasional)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar