(Jakarta) - Anggota DPD RI Marwan Batubara merasa prihatin dengan kenyataan bahwa negara hingga kini tidak memperoleh penerimaan secara optimal dari industri batubara pada di tanah air.
Tercatat, pemasukan negara dari sektor batubara pada tahun 2007 hanya sebesar Rp 5,19 triliun dengan proyeksi tahun 2008 sebesar Rp 6,84 triliun.
"Hal ini masih jauh dari total potensi pendapatan dari hasil penjualan batubara yang diperhitungkan dapat mencapai 15,73 miliar dolar atau sekitar Rp 140 triliun dengan asumsi harga jual batubara 90 per ton dolar," kata Marwan. di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (11/9).
Kemudian kontribusi perusahaan negara dalam pengelolaan industri batubara nasional juga terbilang minim. PT Bukit asam misalnya pada 2008 hingga Juli hanya berkontribusi 4,42 juta ton atau hanya 5,3% dari total produksi batubara nasional.
Menurut Marwan hal ini merupakan angka yang jauh dibawah Kaltim Prima Coal yang memiliki kontribusi produksi sebesar 17,16 juta ton (20,6%), Kideco Jaya agung sebesar 12,5 juta ton (15%), atau Adaro sebesar 11,47 juta ton (13,78%).
Disisi lain, lanjut Marwan, industri batubara nasional juga diliputi sejumlah masalah pelik yang berlangsung secara berlarut-larut. "Diantara masalah itu adalah tidak adnya jaminan pasokan dalam negeri,padahal sejumlah industri telah mengalami kekurangan pasokan," ungkapnya. (Renny)
Tercatat, pemasukan negara dari sektor batubara pada tahun 2007 hanya sebesar Rp 5,19 triliun dengan proyeksi tahun 2008 sebesar Rp 6,84 triliun.
"Hal ini masih jauh dari total potensi pendapatan dari hasil penjualan batubara yang diperhitungkan dapat mencapai 15,73 miliar dolar atau sekitar Rp 140 triliun dengan asumsi harga jual batubara 90 per ton dolar," kata Marwan. di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (11/9).
Kemudian kontribusi perusahaan negara dalam pengelolaan industri batubara nasional juga terbilang minim. PT Bukit asam misalnya pada 2008 hingga Juli hanya berkontribusi 4,42 juta ton atau hanya 5,3% dari total produksi batubara nasional.
Menurut Marwan hal ini merupakan angka yang jauh dibawah Kaltim Prima Coal yang memiliki kontribusi produksi sebesar 17,16 juta ton (20,6%), Kideco Jaya agung sebesar 12,5 juta ton (15%), atau Adaro sebesar 11,47 juta ton (13,78%).
Disisi lain, lanjut Marwan, industri batubara nasional juga diliputi sejumlah masalah pelik yang berlangsung secara berlarut-larut. "Diantara masalah itu adalah tidak adnya jaminan pasokan dalam negeri,padahal sejumlah industri telah mengalami kekurangan pasokan," ungkapnya. (Renny)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar