(Washington) – Nilai transaksi senjata AS di seluruh dunia membumbung tinggi hampir 50 persen dari tahun lalu menjadi US$ 24.8 miliar dari US$ 16.7 miliar pada tahun 2006, menurut laporan terbaru yang dirilis Kongres AS.
AS membukukan 41.5 persen dari seluruh perjanjian serupa pada 2007, diikuti oleh Rusia, dengan US$ 10.4 miliar, atau 17.3 persen, Dinas Riset Parlemen mengatakan dalam laporan tahunan tertanggal 23 Oktober.
Inggris berada pada posisi ketiga, dengan transaksi senjata senilai US$ 9.8 miliar, naik dari US$ 4.1 miliar pada 2006, kata laporan, bertajuk ‘Transaksi Senjata Konvensional ke Negara-negara Berkembang, 2000-2007.’
Laporan berdasarkan pada data non-rahasia dari sumber-sumber pemerintah AS yang tak ditentukan.
“lonjakan 48.5 persen tahun lalu pada transaksi senjata AS dapat menjadi garis tinggi air pasang untuk masa depan yang dapat diduga, karena kesukaran ekonomi kini menghadapi pembeli besar,” kata penulis laporan, Richard Grimmett, dalam wawancara per telepon.
Jumlah total transaksi AS mencerminkan, diantara hal-hal lain, keuntungan memiliki rencana bantuan pertahanan yang berkedudukan kuat, berdasarkan pada cakupan persenjataan AS yang telah digunakan militer di seluruh dunia, menurut laporan.
Perjanjian yang ditorehkan pada 2007, mencakup bukan hanya penjualan sistem persenjataan besar, namun juga peningkatan mutu senjata yang sebelumnya telah dijual bersama dengan perjanjian untuk cakupan luas suku cadang, amunisi, meriam, pelatihan dan jasa bantuan.
Arab Saudi merupakan pembeli terbesar diantara negara-negara berkembang di tahun 2007, menutup transaksi senjata US$ 10.6 miliar, diikuti India dengan perjanjian US$ 5 miliar dan Pakistan, ketiga, senilai US$ 4.2 miliar.
Laporan juga menyatakan, tiket terbesar transaksi senjata Rusia terus berlanjut dengan India dan China, sementara Moskow mendorong untuk memperluas prospek di Afrika Utara, Timur Tengah dan Asia Tenggara.
Baru-baru ini, Rusia telah meningkatkan usaha penjualan senjata di Amerika Latin, meskipun sebelumnya melepaskan penjualan senjata usai akhir perang Dingin. “Venezuela telah menjadi klien penting persenjataan terbaru yang diperoleh Rusia di wilayah ini,”
Bagi negara-negara berkembang yang kurang makmur, peralatan perang asal Rusia yang lebih murah adalah pilihan yang sangat menarik. (Reuters/Lala/Internasional)
AS membukukan 41.5 persen dari seluruh perjanjian serupa pada 2007, diikuti oleh Rusia, dengan US$ 10.4 miliar, atau 17.3 persen, Dinas Riset Parlemen mengatakan dalam laporan tahunan tertanggal 23 Oktober.
Inggris berada pada posisi ketiga, dengan transaksi senjata senilai US$ 9.8 miliar, naik dari US$ 4.1 miliar pada 2006, kata laporan, bertajuk ‘Transaksi Senjata Konvensional ke Negara-negara Berkembang, 2000-2007.’
Laporan berdasarkan pada data non-rahasia dari sumber-sumber pemerintah AS yang tak ditentukan.
“lonjakan 48.5 persen tahun lalu pada transaksi senjata AS dapat menjadi garis tinggi air pasang untuk masa depan yang dapat diduga, karena kesukaran ekonomi kini menghadapi pembeli besar,” kata penulis laporan, Richard Grimmett, dalam wawancara per telepon.
Jumlah total transaksi AS mencerminkan, diantara hal-hal lain, keuntungan memiliki rencana bantuan pertahanan yang berkedudukan kuat, berdasarkan pada cakupan persenjataan AS yang telah digunakan militer di seluruh dunia, menurut laporan.
Perjanjian yang ditorehkan pada 2007, mencakup bukan hanya penjualan sistem persenjataan besar, namun juga peningkatan mutu senjata yang sebelumnya telah dijual bersama dengan perjanjian untuk cakupan luas suku cadang, amunisi, meriam, pelatihan dan jasa bantuan.
Arab Saudi merupakan pembeli terbesar diantara negara-negara berkembang di tahun 2007, menutup transaksi senjata US$ 10.6 miliar, diikuti India dengan perjanjian US$ 5 miliar dan Pakistan, ketiga, senilai US$ 4.2 miliar.
Laporan juga menyatakan, tiket terbesar transaksi senjata Rusia terus berlanjut dengan India dan China, sementara Moskow mendorong untuk memperluas prospek di Afrika Utara, Timur Tengah dan Asia Tenggara.
Baru-baru ini, Rusia telah meningkatkan usaha penjualan senjata di Amerika Latin, meskipun sebelumnya melepaskan penjualan senjata usai akhir perang Dingin. “Venezuela telah menjadi klien penting persenjataan terbaru yang diperoleh Rusia di wilayah ini,”
Bagi negara-negara berkembang yang kurang makmur, peralatan perang asal Rusia yang lebih murah adalah pilihan yang sangat menarik. (Reuters/Lala/Internasional)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar