(Khartoum) – China dan Afrika Selatan mengupayakan agar Dewan Keamanan PBB mengangkat resolusi guna menangguhkan dakwaan terhadap Presiden Sudan terkait tindak kekejaman di Darfur.
Duta Besar AS untuk PBB, Zalmay Khalilzad mengutarakan upaya kedua negara itu pada wartawan, Selasa (29/7).
Khalilzad mengatakan, usulan untuk resolusi semacam itu tidak dapat diterima. Namun masih belum jelas bagaimana dewan akan menangani persoalan tersebut.
Proses melobi ini muncul setelah ketua jaksa penuntut Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) pada 14 Juli lalu mengajukan surat perintah penahanan Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir yang dituduh mendalangi genosida terhadap suku non-Arab.
Dibawah undang-undang yang berlaku, ICC diwajibkan untuk menangguhkan dakwaan selama satu tahun jika Dewan Keamanan menyerahkan resolusi yang meminta pelaksanaan hal tersebut.
Sudan memprotes kuat tindakan ICC, yang merupakan untuk pertama kalinya permintaan penahanan dibebankan terhadap kepala negara yang sedang menjabat.
Sementara China adalah rekan dagang terbesar Sudan dan salah satu importir utama minyak mentah Khartoum. (NHK/Lala/Internasional)
Duta Besar AS untuk PBB, Zalmay Khalilzad mengutarakan upaya kedua negara itu pada wartawan, Selasa (29/7).
Khalilzad mengatakan, usulan untuk resolusi semacam itu tidak dapat diterima. Namun masih belum jelas bagaimana dewan akan menangani persoalan tersebut.
Proses melobi ini muncul setelah ketua jaksa penuntut Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) pada 14 Juli lalu mengajukan surat perintah penahanan Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir yang dituduh mendalangi genosida terhadap suku non-Arab.
Dibawah undang-undang yang berlaku, ICC diwajibkan untuk menangguhkan dakwaan selama satu tahun jika Dewan Keamanan menyerahkan resolusi yang meminta pelaksanaan hal tersebut.
Sudan memprotes kuat tindakan ICC, yang merupakan untuk pertama kalinya permintaan penahanan dibebankan terhadap kepala negara yang sedang menjabat.
Sementara China adalah rekan dagang terbesar Sudan dan salah satu importir utama minyak mentah Khartoum. (NHK/Lala/Internasional)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar