| UTAMA | | ENGLISH | | BERITA FOTO | | ULASAN | | DIALOG | | REDAKSI | | RISET - POLLING |

23 Juli 2008

Presiden Israel dan Palestina Bertemu, Dorong Proses Perdamaian

(Yerusalem) – Presiden Israel Shimon Peres bertemu dengan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas, Rabu (23/7), dalam penawaran untuk mendorong proses perdamaian Israel-Palestina yang tersendat-sendat.

“Saya yakin persoalan ini akan terpecahkan. Saya merasa kedua pihak yakin tidak ada alternatif lain menuju perdamaian,” kata Peres usai menyambut Abbas di kediaman resminya di Yerusalem, seraya menambahkan “Warga Israel memiliki keinginan membara untuk mencapai perdamaian dengan warga Palestina.”

Abbas, presiden Palestina pertama yang mengunjungi kediaman presiden Israel, juga menyatakan harapannya untuk perdamaian. “Meskipun terlintas waktu, meskipun banyak kesulitan dan rintangan, akan ada akhir untuk konflik yang berkepanjangan ini,” ujarnya.

Detail mengenai pertemuan emapt mata ini belum dirilis, sementara pernyataan yang dikeluarkan hari Senin dari kantor Peres menyatakan kedua pemimpin akan membahas proses perdamaian Israel-Palestina, situasi geo-politik di wilayah, dan perkembangan serta implementasi inisiatif ekonomi bersama guna memperkuat proses perdamaian.

Harian setempat Ha’aretz mengutip perunding senior Palestina, Saeb Erekat yang berujar sebelum pertemuan bahwa Abbas juga akan meminta bantuan Peres untuk menghentikan ekspansi penyelesaian yang berpotensi meruntuhkan pembicaraan perdamaian.

Sementara itu, Peres berniat untuk meyakinkan Abbas bahwa Israel tetap berkomitmen pada pembicaraan perdamaian, meskipun kekacauan politik menyelimuti Perdana Menteri Ehud Olmert dan partainya yang berkuasa, Kadima.

“Meskipun keadaan di pihak kami bukan yang paling stabil, saya ingin memperjelas bahwa keinginan untuk mencapai perdamaian tetap stabil,” ujar Peres pada Radio Israel menjelang pertemuan.

Pertemuan ini muncul di tengah latar belakang bahwa pencapaian kecil yang nyata telah diwujudkan dalam perbincangan damai antara kedua negara tetangga, meskipun kedua pihak telah berulang kali menekankan komitmen untuk mencapai perjanjian damai yang komprehensif pada tahun 2008.

Lebih lanjut, proses perdamaian teralihkan oleh kasus korupsi yang berkelanjutan terhadap Olmert, yang menghadapi seruan pengunduran diri sejak pemeriksaan kelima kalinya muncul ke publik bulan Mei, terkait dugaan dia mengambil uang gelap dari pengusaha Amerika sebelum memangku jabatan PM.

Partainya, Kadima, bersiap untuk pemilihan pendahuluan pada bulan September, yang akan menggeser posisi pemimpin yang dirundung proses penyelidikan itu. (Xinhua/Lala/Internasional)

Tidak ada komentar: