(Washington) - Pihak berwenang Amerika mendakwa 11 orang berkaitan dengan pencurian data kartu kredit dalam kasus pencurian identitas terbesar di negara itu.
Mereka dituduh mencuri lebih dari 40 juta nomor kartu kredit dan debit sebelum menjual data kartu tersebut. Mereka diduga menyusup ke sistem komputer toko dan bank menggunakan teknik yang disebut "wardriving" dan memasang piranti lunak untuk mengakses ke data.
Para jaksa penuntut mengatakan pencurian itu merupakan "konspirasi internasional". Tiga orang yang dikenai dakwaan adalah warga Amerika Serikat. Sebagian lainnya datang dari Estonia, Ukraina, Belarus dan Cina.
Sebelas tersangka itu dituduh mendapatkan nomor-nomor kartu itu, informasi rekening dan kata sandi dengan naik kendaraan berkeliling rumah dan melakukan penyusupan terhadap peralatan nirkabel atau wireless. Kemudian mereka disebutkan menyembunyikan informasi tersebut di server komputer baik di Amerika maupun di Eropa.
Departemen Kehakiman Amerika mengatakan pencurian itu menyebabkan kerugian meluas yang dialami perbankan, penjual ritel dan konsumen biasa meskipun tidak menyebutkan angka persis kerugian finansial. Penjual ritel yang menjadi sasaran antara lain toko TJ Maxx dan Barnes & Noble.
Departemen Kehakiman Amerika mendesak masyarakat yang khawatir mengenai keselamatan data pribadinya untuk mengontak bank mereka. Dikatakan, ini adalah "kasus pencurian identitas terbesar dan paling kompleks" yang pernah terjadi.
"Kasus ini menggarisbawahi semakin rawannya pencurian data pribadi,"kata Jaksa Agung Amerika Serikat Michael Mukasey.
"Kasus-kasus ini seperti mengirimkan pesan jelas kepada mereka yang mungkin tergoda untuk menyusup ke jaringan komputer kita guna mencuri informasi dan mengganggu orang-orang dan pengusaha yang taat hukum," ungkapnya.
Terdakwa mengincar sedikitnya sembilan jaringan pedagang ritel, kata jaksa penuntut.
Jaringan yang terkena pencurian adalah TJX Corporation - yang mengoperasikan jaringan toko TJ Maxx, BJ's Wholesale Club, Barnes and Noble, Sports Authority, Boston Market, Office Max, Dave and Busters, toko sepatu DSW dan Forever 21.
Lebih dari 45 juta kartu kredit di dunia terancam karena penyusupan sistem komputer yang dimulai pada tahun 2005.
Perusahaan itu mencapai kesepakatan untuk memberi ganti rugi kepada bank yang merupakan bagian dari jaringan Visa dan Mastercard untuk biaya penggantian kartu dan menangani penyelidikan penipuan itu.
Badan penegak hukum di seluruh dunia termasuk di Turki dan Jerman bekerja sama dalam penyelidikan ini. (BBC/Lala/Internasional)
Mereka dituduh mencuri lebih dari 40 juta nomor kartu kredit dan debit sebelum menjual data kartu tersebut. Mereka diduga menyusup ke sistem komputer toko dan bank menggunakan teknik yang disebut "wardriving" dan memasang piranti lunak untuk mengakses ke data.
Para jaksa penuntut mengatakan pencurian itu merupakan "konspirasi internasional". Tiga orang yang dikenai dakwaan adalah warga Amerika Serikat. Sebagian lainnya datang dari Estonia, Ukraina, Belarus dan Cina.
Sebelas tersangka itu dituduh mendapatkan nomor-nomor kartu itu, informasi rekening dan kata sandi dengan naik kendaraan berkeliling rumah dan melakukan penyusupan terhadap peralatan nirkabel atau wireless. Kemudian mereka disebutkan menyembunyikan informasi tersebut di server komputer baik di Amerika maupun di Eropa.
Departemen Kehakiman Amerika mengatakan pencurian itu menyebabkan kerugian meluas yang dialami perbankan, penjual ritel dan konsumen biasa meskipun tidak menyebutkan angka persis kerugian finansial. Penjual ritel yang menjadi sasaran antara lain toko TJ Maxx dan Barnes & Noble.
Departemen Kehakiman Amerika mendesak masyarakat yang khawatir mengenai keselamatan data pribadinya untuk mengontak bank mereka. Dikatakan, ini adalah "kasus pencurian identitas terbesar dan paling kompleks" yang pernah terjadi.
"Kasus ini menggarisbawahi semakin rawannya pencurian data pribadi,"kata Jaksa Agung Amerika Serikat Michael Mukasey.
"Kasus-kasus ini seperti mengirimkan pesan jelas kepada mereka yang mungkin tergoda untuk menyusup ke jaringan komputer kita guna mencuri informasi dan mengganggu orang-orang dan pengusaha yang taat hukum," ungkapnya.
Terdakwa mengincar sedikitnya sembilan jaringan pedagang ritel, kata jaksa penuntut.
Jaringan yang terkena pencurian adalah TJX Corporation - yang mengoperasikan jaringan toko TJ Maxx, BJ's Wholesale Club, Barnes and Noble, Sports Authority, Boston Market, Office Max, Dave and Busters, toko sepatu DSW dan Forever 21.
Lebih dari 45 juta kartu kredit di dunia terancam karena penyusupan sistem komputer yang dimulai pada tahun 2005.
Perusahaan itu mencapai kesepakatan untuk memberi ganti rugi kepada bank yang merupakan bagian dari jaringan Visa dan Mastercard untuk biaya penggantian kartu dan menangani penyelidikan penipuan itu.
Badan penegak hukum di seluruh dunia termasuk di Turki dan Jerman bekerja sama dalam penyelidikan ini. (BBC/Lala/Internasional)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar