| UTAMA | | ENGLISH | | BERITA FOTO | | ULASAN | | DIALOG | | REDAKSI | | RISET - POLLING |

08 Agustus 2008

Pemerintah Belum Berencana Revisi Asumsi Makro APBN

(Jakarta) - Pemerintah belum berencana merevisi ulang asumsi makro APBN yang menyangkut patokan harga minyak. Meskipun harga minyak dunia terus menurun.

“Diantara asumsi makro, yang paling sulit itu harga minyak. Meskipun harga terus turun, tapi masih unpredictable. maka dari itu, Pemerintah akan menetapkan harga patokan minyak 130 US$ per barel meskipun tetap ada resikonya,” ujar Direktur Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Depkeu, Budiarso Teguhwidodo di Gedung Depkeu, Jakarta, Jumat (8/8).

Budiarso menjelaskan pemerintah juga sudah mengantisipasi resiko dari pengaruh harga minyak dunia terhadap ABPBN baik jika harganya naik, maupun jika harganya turun. Jika harga naik, antisipasi yang dilakukan pemerintah adalah menyediakan dana cadangan resiko fiskal sampai harga minyak dunia 160 US$ per barel.

“Selain untuk mengcover melonjaknya harga minyak dunia, cadangan resiko fiskal itu juga untuk menutupi kemungkinan deviasi lifting produksi minyak,” ujar Budiarso.

Menurut Budi, dengan cadangan resiko fiskal, pemerintah memastikan APBN aman sampai harga minyak dunia 160 US$ per barel. “Diluar itu harus adjustment mekanismenya lewat APBN-P. Tapi itu tergantung situasi dan akan dikaji kembali sampai saatnya,” jelasnya.

Sementara untuk resiko jika harga minyak turun, Budi menjelaskan dampaknya akan positif terhadap APBN karena surplus dari sektor minyak akan makin besar. Budi memastikan hingga akhir tahun 2008, seluruh asumsi makro APBN tidak akan banyak berubah kecuali untuk patokan harga minyak.

Seperti diketahui, asumsi makro APBN saat ini yaitu target pertumbuhan 6,19 persen, inflasi 6,5 persen, lifting minyak 927 US$ per barel. Sementara harga minyak yang pada awal tahun 90 US$ per barel telah direvisi dua kali menjadi 110 US$ barel kemudian Agustus ini akan direvisi menjadi 130 US$. (Adi)

Tidak ada komentar: