(Jakarta) – Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asperindo) menilai prospek Indonesia menjadi sentra produsen sepatu dunia sangat besar. Terutama setelah semakin jenuhnya industri sepatu di Cina. Padahal Cina saat ini adalah produsen sepatu terbesar di dunia.
Menurut Ketua Asperindo Eddy Wijanarko, saat ini Indonesia adalah produsen sepatu terbesar keempat di dunia setelah Cina, India dan vietnam.”Sementara produksi sepatu di Cina bisa dikatakan sudah masuk sunset industri.,” katanya dalam konferensi pers di Gedung Departemen Perindustrian, Jakarta, Jumat (8/8).
Eddy menjelaskan beberapa faktor yang menjadi penyebab melemahnya industri sepatu di Cina antara lain peertama, berkuranganya tenaga kerja dari daerah-daerah di Cina yang mau bekerja di industri sepatu karena daerah-daerah di Cina, ekonominya juga sudah berkembang.
“Kedua semakin menguatnya kurs mata uang Yuan. Hingga saat ini yuan sudah menguat hingga 11 persen artinya Indonesia memiliki kompetitif dari segi harga yang lebih baik,” jelas Eddy.
Ketiga, lanjut Eddy, UU penanaman modal asing di Cina banyak yang mempersulit investasi di industri persepatuan. “Faktor terakhirnya, Eropa memberlakukan anti dumping produk dari China. Sehingga buyer-buyer banyak yang beralih mengambil produksi sepatu dari India atau Indonesia.”
Seperti diketahui, nilai produksi sepatu Indonesia pada tahun 2007 sebesar Rp 30 triliun sementara nilai ekspor mencapai 15 triliun dan sekitar 50 persen produksi sepatu Indonesia berorientasi ekspor. (Adi)
Menurut Ketua Asperindo Eddy Wijanarko, saat ini Indonesia adalah produsen sepatu terbesar keempat di dunia setelah Cina, India dan vietnam.”Sementara produksi sepatu di Cina bisa dikatakan sudah masuk sunset industri.,” katanya dalam konferensi pers di Gedung Departemen Perindustrian, Jakarta, Jumat (8/8).
Eddy menjelaskan beberapa faktor yang menjadi penyebab melemahnya industri sepatu di Cina antara lain peertama, berkuranganya tenaga kerja dari daerah-daerah di Cina yang mau bekerja di industri sepatu karena daerah-daerah di Cina, ekonominya juga sudah berkembang.
“Kedua semakin menguatnya kurs mata uang Yuan. Hingga saat ini yuan sudah menguat hingga 11 persen artinya Indonesia memiliki kompetitif dari segi harga yang lebih baik,” jelas Eddy.
Ketiga, lanjut Eddy, UU penanaman modal asing di Cina banyak yang mempersulit investasi di industri persepatuan. “Faktor terakhirnya, Eropa memberlakukan anti dumping produk dari China. Sehingga buyer-buyer banyak yang beralih mengambil produksi sepatu dari India atau Indonesia.”
Seperti diketahui, nilai produksi sepatu Indonesia pada tahun 2007 sebesar Rp 30 triliun sementara nilai ekspor mencapai 15 triliun dan sekitar 50 persen produksi sepatu Indonesia berorientasi ekspor. (Adi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar